PENINGKATAN HASIL
BELAJAR IPS
PADA KELAS VIIIC SMP NEGERI 15 PEKALONGAN
MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN TEKA-TEKI SILANG (TTS)
Dra. Mufidah
SMP Negeri 15
Pekalongan
Email : smp15pekalongan@gmail.com
ABSTRAK
Hasil
belajar siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Pekalongan
terhadap mata pelajaran
IPS selama ini masih kurang dari 60% siswa yang dapat mencapai KKM. Berdasarkan
keadaan tersebut, guru melakukan upaya agar hasil belajar siswa dapat
meningkat, yaitu dengan melakukan tindakan berupa penggunaan media Teka-teki
Silang ( TTS ) dalam kegiatan pembelajaran,
sebagai media siswa dalam mengerjakan latihan soal-soal. Tujuan penelitian
ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata
Pelajaran IPS yang dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan test dan non test, dengan alat pengumpul data
berupa lembar tugas, lembar post test, dan lembar pengamatan baik oleh guru
terhadap siswa maupun terhadap guru oleh
kolaborator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa Kelas VIII
C setelah diadakan tindakan, bila dibandingan dengan hasil belajarnya sebelum
diadaakan tindakan. Penggunaan Media Pembelajaran berupa TTS
dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 15 Pekalongan.
Karena melalui media TTS sebagai sarana
dalam mengerjakan latihan soal-soal, siswa akan berusaha untuk menemukan jawaban soal-soal
dalam mengisi TTS, sehungga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi
pelajaran. mereka tidak merasa bosan dalam
mengikuti pelajaran dan akan lebih mudah mengingat materi yang
telah dipelajari.
Kata kunci : hasil belajar, IPS, media pembelajaran, Teka-teki Silang ( TTS
)
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembangan diri,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara ( Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, butir 1 ).Dalam
Kurikilum 2004 yang disempurnakan juga diharapkan bahwa proses pembelajaran
harus mampu menciptakan suasana yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga
siswa mampu mengembangkan diri sesuai dengan lingkungannya. Namun demikian sampai
saat ini dunia pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal. Guru adalah ujung
tombak dalam pembelajaran untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kelas
sebagian besar masih berfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan yang utama,
dan ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi pembelajaran..
Itulah kenyataan yang dihadapi oleh sebagian besar
guru IPS. Materi pelajarannya
yang kompleks, sering dianggap sebagai pelajaran yang mudah tapi susah,
bersifat hafalan dan membosankan, sehingga menyebabkan rendahnya perhatian dan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Rendahnya perhatian siswa pada
mata pelajaran IPS, ditambah dengan strategi pembelajaran yang kurang menarik
menyebabkan rendahnya prestasi siswa.
Kondisi yang demikian terjadi pula di SMP Negeri 15 Pekalongan. Hasil belajar siswa
kelas VIII terhadap mata pelajaran IPS selama ini masih rendah karena
nilai ulangan mereka tidak sampai 60% yang bisa mencapai nilai KKM. Sementara kegiatan pengajaran dikatakan
berhasil apabila 85% siswa dikelas itu dapat mencapai KKM. Hal itu menandakan
bahwa pembelajaran IPS kurang menarik,
karena guru masih menggunakan menggunakan model
pembelajaran yang kurang merangsang siswa untuk belajar lebih giat, dan proses
pembelajaran masih menekankan pada aspek pengetahuan saja, belum menyentuh pada
sikap dan kreatifitas siswa, karena guru kurang melibatkan siswa agar aktif
dalam proses pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar
IPS pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Pekalongan dapat dilihat dari rendahnya
nilai ulangan siswa untuk mata pelajaran IPS. Hasil ulangan harian siswa
sebelum diadakan tindakan hanya 46% siswa yang dapat mencapai KKM, atau siswa yang memiliki nilai diatas
60 masih jauh dari 85%, sehingga dapat
dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran
tidak tuntas. Kegiatan ulangan
remidialpun seringkali tidak dapat membantu memperbaiki dan menaikkan nilai
mereka.
Selama ini dalam kegiatan pembelajaran guru masih
menggunakan metode ceramah yang diterapkan secara murni, sehingga siswa merasa
tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa seolah-olah hanya
diharuskan untuk menghafal fakta-fakta, sehingga siswa merasa bosan dan kurang
berminat terhadap kegiatan pembelajaran. Keadaan yang demikian ternyata menjadi
salah satu fakta yang berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa.
Pada ulangan harian
pertama (semester 2 ) sebelum diadakan
siklus, siswa yang tuntas ( mencapai KKM ) atau memiliki nilai 60 keatas
sebanyak 20 orang atau sebesar 55,6 %.
Siswa yang tidak tuntas atau dengan nilai kurang dari 60 sebanyak 16 orang atau
sebesar 44,4 %, dengan nilai rata-rata kelas 55,8.
Dari
gambaran keadaan diatas dapat
disimpulkan bahwa ketuntasan belajar
kelas VIII C secara klasikal belum tuntas, karena baru mencapai 55,6% atau
kurang dari 85 % siswa yang tuntas atau mendapatkan nilai minimal 60, nilai
yang diperoleh siswapun masih berada pada nilai dengan tingkat sedang. Kondisi
yang demikian mendorong peneliti untuk mengadakan inovasi dalam kegiatan
pembelajaran dengan mencoba melaksanakan
kegiatan pembelajaran melalui penggunaan media yang diharapkan dapat menjadi
strategi untuk menarik minat siswa dalam belajar.
Penyebab mengapa prestasi belajar siswa rendah pada
setiap ulangan harian dapat diduga antara lain karena siswa kurang memahami
konsep pengajaran IPS. Siswa kurang termotivasi menyelesaikan tugas rumah ( PR
), minat baca siswa rendah, dan tidak mau bertanya pada saat proses
pembelajaran. Guru masih menggunakan metode ceramah sehingga kurang melibatkan
siswa untuk aktif dalam pelajaran, Akibatnya materi pelajaran menjadi kurang
menarik.
Dari berbagai permasalahan di atas , ada satu
masalah utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran IPS. Upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran IPS ialah dengan menggunakan media pembelajaran
berupa Teka-Teki Silang ( TTS ). Menurut Soeparno, 1988 ), dalam proses pembelajaran siswa akan lebih mudah
mencerna isi materi pelajaran bila digunakan alat bantu atau media, baik berupa
media cetak ( buku, modul, brosur, atau sejenisnya ) atau media non cetak yang
berupa media elektronik ( audio, videi, film, dsb. ).
Teka-Teki Silang (Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas ) adalah suatu permainan dimana kita harus mengisi ruang-ruang kosong
berbentuk kotak putih dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan
petunjuk yang diberikan. Petunjuknya bisa dibagi kedalam kategori pertanyaan
mendatar atau menurun, tergantung pada arah kata-kata yang harus diisi. Pemilihan media Teka-Teki Silang cocok untuk diterapkan pada materi IPS kelas VIII semester 2, karena materi-materi
tersebut lingkupnya luas dan bersifat hafalan sehingga tidak efektif bila
dilakukan pembelajaran dengan metode ceramah ataupun diskusi
Dengan menggunakan media ini diharapkan akan dapat menumbuhkan
perhatian siswa terhadap mata
pelajaran IPS, karena siswa akan aktif mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan. Partisipasi aktif siswa
dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah meningkatkan hasil belajar IPS melalui penggunaan Media
Pembelajaran Teka-Teki Silang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Pekalongan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di Kelas VIIIC yang siswanya berjumlah 36 orang, terdiri dari
21 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Kelas VIII C merupakan kelas yang
mengalami kesulitan dalam memahami
konsep-konsep pembelajara IPS, karena hasil ulangan harian IPS mereka
ketika semester 1 rata-rata dibawah KKM
( kurang dari 60 ). Kondisi siswa sebagian besar adalah pasif dalam
kegiatan pembelajaran, dan mereka cenderung bersifat masa bodoh. Sarana
pembelajaran yang selama ini digunakan pada mata pelajaran IPS adalah buku
paket, LKS, Peta, Atlas dan Globe.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan nilai antar siklus. Untuk alisis data
dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Analisa kuantitatif
digunakan untuk menganalisa hasil test, sedangkan analisa kualitatif digunakan
untuk menganalisa hasil observasi. Sumber data
dalam kegiatan penelitian ini adalah :
(1).
Siswa , berupa hasil proses pembelajaran dan evaluasi ( Post test
), (2). Guru : berupa hasil pengamatan selama proses
pembelajaran
Tehnik
yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah dengan :
(1). Test, menurut
Suharsimi Arikunto ( 2006 : 223 ) digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok. Tes dilakukan dalam bentuk ulangan harian (
post test ) untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dalam menerima
pembelajaran melalui media TTS. Dilaksanakan setiap akhir siklus. Test ( Post Test ), digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa, dilakukan evaluasi dalam bentuk post test pada
akhir kegiatan pembelajaran.Hasil post test siswa adalah nilai prestasi belajar
sebagai indikator kemampuan individu pada mata pelajaran IPS setelah memperoleh
pembelajaran dengan media TTS. (2). Observasi
( pengamatan ),
dilaksanakan dengan
melakukan observasi ( pengamatan ) terhadap aktifitas siswa pada saat pembelajaran dan mengamati
kinerja guru dalam menerapkan media TTS pada kegiatan pembelajaran. Observasi ( pengamatan ), digunakan oleh
kolaborator untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan kinerja guru dalam
menerapkan pembelajaran menggunakan media TTS. (3).Dokumentasi, berupa daftar nilai
ulangan harian sebelum kegiatan pembelajaran menggunakan media TTS.
Instrumen/alat pengumpulan datanya
meliputi : (1) Instrumen 1 :
berupa lembar pengamatan kegiatan guru, (2) Instrumen 2 :
berupa lembar pengamatan kegiatan siswa, (3) Instrumen 3 :
berupa lembar penilaian.
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dalam dua siklus, meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi dalam setiap siklus, maka prosedur penelitian ini
dilakukan melalui proses berupa : rencana, tindakan, observasi dan refleksi
serta revisi hingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Rencana
tindakan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut : (1). Menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ),
(2). Menyiapkan media pembelajaran berupa TTS
untuk latihan soal-soal, (3). Menyiapkan Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa, (4). Menyiapkan Lembar
Pengamatan Kegiatan Guru, (5). Menyiapkan
soal-soal post test, (6). Menyiapkan
kunci jawaban TTS dan Post Test.
Adapun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan TTS sebagai media
pembelajaran adalah :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
2. Guru menugaskan
siswa untuk membaca buku-buku sumber ( buku-buku paket atau LKS ) dengan
menunjukkan materi yang harus dikuasai dan memberikan batasan waktu ( 20 menit
).
3.
Untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa dalam pendalaman materi tersebut, siswa ditugaskan
untuk mengerjakan latihan soal-soal dalam bentuk TTS. Waktu mengerjakan TTS di
batasi, ( 20 menit ).
4.
Guru mengamati kegiatan
siswa selama pembelajaran agar siswa berusaha
menyelesaikan tugasnya sendiri-sendiri.
5.
Mengumpulkan hasil
pekerjaan siswa untuk dievaluasi sebagai nilai tugas individual. Nilai siswa
dihitung berdasarkan jumlah jawaban yang diisi dengan benar.
6.
Untuk menguji kemampuan
siswa ( evaluasi ) guru melakukan ulangan dalam bentuk post test yang dilakukan
pada akhir kegiatan pembelajaran
Kegiatan
tindakan pada Siklus I dan II
ini dilaksanakan dengan
bantuan kolaborator.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil pengamatan
terhadap kegiatan siswa oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran menggunakan
media TTS pada Siklus I dengan
materi “Pengendalian Penyimpangan
Sosial” didapatkan data tentang besarnya
motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, keaktifan dalam mencari
jawaban soal-soal melalui materi yang telah dipelajari dan kemandirian siswa
dalam menyelesaikan tugasnya.
Pada aspek Motivasi , 80% siswa telah
memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran. Aspek Keaktifan 77,9 % ,ini
terlihat dari kesungguhan dari sebagian besar siswa dalam berusaha untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam TTS dengan aktif membaca buku
sumber. Aspek Kemandirian 75,7 % ,
yang
tampak pada cara mereka
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam TTS yang dilakukan dengan
bersaing secara sehat, karena adanya motivasi dari guru dengan memberi pujian
bagi yang selesai lebih cepat dari teman lainnya.
Berdasarkan hasil kegiatan pengamatan kegiatan siswa
oleh peneliti pada ketiga aspek,
dapat disimpulkan bahwa rata-rata motivasi,keaktifan dan kemandirian siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media TTS adalah 77.9% .
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti
mengadakan kerjasama dengan seorang kolaborator yang kebetulan juga sebagai
Kepala Sekolah disekolah kami, yaitu Bapak Slamet Suroso, S. Pd. Kolaborator
melakukan pengamatan terhadap kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran
didalam kelas. Adapun hasil penilaian dari pengamatan yang dilakukan oleh
kolaborator terhadap kegiatan yang dilakukan peneliti ialah:
Ketika siklus I, pada aspek
Kegiatan Pendahuluan peneliti mendapatkan skor 32 dari skor maksimal yang
seharusnya 40. Artinya, pada aspek kegiatan pendahuluan peneliti baru melakukan
80 % dari kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP. Pada aspek kegiatan
inti, peneliti mendapat skor 23 dari skor maksimal yang seharusnya 30. Berarti
peneliti baru melaksanakan 76,7 % dari semua kegaiatan yang telah direncanakan.
Dan pada aspek kegiatan penutup, skor yang diberikan oleh kolaborator adalah 20
dari skor maksimal yang seharusnya 25. Ini mengandung maksud bahwa peneliti
baru melaksanakan 80 % dari kegiatan yang direncanakan. Dan secara keseluruhan,
rata-rata kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan peneliti pada siklus I
dapat tercapai sebesar 78,9 %.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media TTS
ditindaklanjuti dengan mengadakan penilaian terhadap tugas individu dengan
menilai hasil pekerjaan siswa dalam latihan soal-soal melalui media TTS. Hasil siswa dalam latihan
soal-soal menggunakan media TTS diketahui bahwa 28 siswa memiliki nilai antara
60 – 90 yang ini berarti 80% siswa telah tuntas. Sedangkan 7 siswa lainnya
masih mendapatkan nilai kurang dari 60, artinya 20% siswa belum tuntas,
sedangkan nilai rata-rata kelasnya adalah 65,9. Maka dapat dikatakan bahwa pada
siklus I kegiatan pembelajaran secara
klasikal di Kelas VIII C belum tuntas, karena siswa yang dapat menyelesaikan
tugas dengan nilai mencapai KKM baru 80 %. Namun demikian nilai yang mereka
dapatkan dalam nilai tugas setelah diadakan tindakan kelas sudah bagus.
Penilaian juga dilakukan dengan mengadakan evaluasi
berupa post test pada akhir kegiatan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Hasil evaluasi melalui
post test pada siklus I, menunjukkan bahwa siswa
yang tuntas ( mencapai nilai KKM ) atau memiliki nilai 60 keatas adalah
sebanyak 27 siswa atau sebesar 77,1 %, sedangkan siswa yang tidak tuntas atau
memiliki nilai kurang dari 60 adalah sebanyak 8 siswa atau sebesar 22,9 %, dan
nilai rata-rata kelasnya 67,4. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil ulangan
siswa Kelas VIII C secara klasikal belum tuntas, karena kurang dari 85 % siswa yang tuntas atau
mendapatkan nilai 60 keatas. Namun demikian, dengan penggunaan TTS sebagai
media pembelajaran hasil belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan
hasil belajar mereka pada pra siklus, dan nilai yang mereka dapatkanpun sudah berada
pada tingkat cukup tinggi, karena sudah ada yang mendapatkan nilai 100.
Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa oleh peneliti pada siklus II dengan materi “ Pelaku-pelaku Ekonomi dalam Sistem
Perekonomian Indonesia, selama kegiatan pembelajaran
menggunakan media TTS didapatkan data tentang
motivasi siswa yang lebih besar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
keaktifan siswa yang lebih serius dalam
mencari jawaban soal-soal, dan kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugasnya
juga lebih baik.
Besarnya motivasi siswa pada siklus II, dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media
TTS adalah sebesar 92,9 % . Hal ini dapat diartikan
bahwa lebih dari 92 % siswa memiliki
motivasi untuk mengikuti pelajaran. Terbukti ketika mengerjakan tugas,
siswa terlihat bersungguh-sungguh dan memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya. Keaktifan
siswa dalam mengerjakan tugas pada siklus II, adalah sebesar 92,1 % . Hal ini
dapat dilihat dari kesungguhan siswa
dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam TTS, dengan aktif
mencari jawabannya dari buku sumber. Kemandirian siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus
II adalah 89. Namun
demikian kemandirian siswa belum sepenuhnya terjadi karena masih ada siswa yang
bertanya-tanya tentang jawaban pada teman sebelahnya.
Berdasarkan
hasil kegiatan pengamatan kegiatan siswa
terhadap ketiga aspek oleh peneliti , dapat
disimpulkan bahwa rata-rata motivasi, keaktifan dan kemandirian siswa dalam
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media TTS pada siklus II adalah 91,4% .
Hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator pada
peneliti di siklus II ialah , pada aspek kegiatan pendahuluan peneliti
mendapatkan skor 36 dari skor maksimal yang seharusnya 40. Artinya, pada aspek
kegiatan pendahuluan peneliti sudah melakukan 92,5 % dari rencana kegiatan yang
disiapkan. Pada aspek kegiatan inti, peneliti mendapat skor 27 dari skor
maksimal yang seharusnya 30. Berarti peneliti telah melaksanakan 90% dari semua
kegaitan yang telah direncanakan. Dan pada aspek kegiatan penutup, skor yang
diberikan oleh kolaborator adalah 22 dari skor maksimal yang seharusnya 25.
Artinya peneliti telah melaksanakan 92 % dari kegiatan yang direncanakan.
Secara keseluruhan, rata-rata kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan
peneliti dapat tercapai sebesar 91,5 %.
Penilaian terhadap tugas individu dengan menilai
hasil pekerjaan siswa dalam latihan soal-soal
melalui media TTS pada siklus II adalah, 33 siswa memiliki nilai
antara 60 sampai 90,
yang ini berarti 94,3 % siswa telah tuntas. Sedangkan 2 siswa lainnya masih
mendapatkan nilai kurang dari 60, artinya 5,7 % siswa belum tuntas, dan nilai
rata-rata kelasnya ialah 81. Jadi pada siklus II ketuntasan belajar kelas VIII
C secara klasikan telah tuntas, karena sudah lebih dari 85 % siswa mendapatkan
nilai 60 keatas.
Hasil post test pada siklus II adalah , siswa yang
tuntas ( mencapai nilai KKM ) atau memiliki nilai 60 keatas adalah sebanyak 31
siswa atau sebesar 88,6 %, sedangkan siswa yang tidak tuntas atau memiliki
nilai kurang dari 60 adalah sebanyak 4 siswa atau sebesar 11,4 %. Nilai
rata-rata kelas 72,8. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil ulangan siswa Kelas
VIII C pada siklus II secara klasial tuntas karena sudah mencapai 88,6 % siswa yang telah tuntas atau mendapatkan
nilai 60 keatas. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media TTS dalam kegiatan
pembelajaran, prsetasi belajar siswa lebih meningkat.
Perbandingan hasil ulangan siswa
pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No
|
Nilai
|
Jumlah
Responden
|
Ketuntasan
|
|||||||
Pra
Siklus
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Pra
Siklus
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
|||||
TT
|
T
|
TT
|
T
|
TT
|
T
|
|||||
1
|
≤
59
|
16
|
8
|
4
|
16
44,4%
|
20
55,6%
|
8
22,9%
|
27
77,1%
|
4
11,4%
|
31
88,6%
|
2
|
60
-69
|
11
|
6
|
5
|
||||||
3
|
70
– 79
|
8
|
10
|
10
|
||||||
4
|
80
– 89
|
1
|
9
|
12
|
||||||
5
|
90
-100
|
-
|
2
|
4
|
||||||
|
Jumlah
|
36
|
35
|
35
|
36
|
35
|
35
|
|||
|
Rata-rata
|
55,8
|
67,4
|
72,8
|
Dari tabel di atas didapatkan informasi
bahwa setelah diadakan tindakan kelas dengan menggunakan media TTS sebagai
media pembelajaran pada pelajaran IPS, hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil ulangan siswa pada siklus I
ke siklus II bila dibandingkan dengan pada pra siklus. Perbandingan hasil
ulangan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan, penulis dapat membuat
kesimpulan sebagai berikut :
Penggunaan model pembelajaran TTS
dalam kegiatan pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar serta kemandirian siswa dalam
mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan karena dengan media pembelajaran berupa
TTS siswa lebih tertarik untuk belajar dan aktif dalam pembelajaran. Sikap negatif siswa
seperti suka berbicara atau bermain-main
sendiri dengan temannya pada jam pelajaran IPS menjadi berkurang, karena siswa
aktif mencari jawaban dalam buku materinya untuk dapat menyelesaikan TTS nya.
Dengan mencari jawaban atas pertanyaan dalam TTS berarti siswa telah berusaha
untuk belajar dengan baik. Siswa
merasa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, sehingga tidak
merasa jenuh atau bosan dengan pelajaran IPS, bahkan mereka terlihat tertarik
dan asyik dengan belajarnya. Model pembelajaran dengan media TTS telah nyata
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus I dengan ketuntasan 77,1 %
menjadi 88,6 % pada siklus II.
Maka secara umun dapat dikatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran teka-teki silang dapat meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas VIII C SMP Negeri 15 Pekalongan pada semester II Tahun
Pelajaran 2010 / 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Pembinaan SMP, 2006, Pengembangan Media
Pembelajaran, Dirjen Manajemen Dikdasmen, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Soeparno,
1988, Media Pengajaran, Intan
Pariwara, Surakarta.
Suharsimi
Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta.
Wikipedia,
2010, Teka-teki Silang, http : // id.wikipedia.Org / Wiki / TTS
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
saya sangat tertarik dgn ptk anda, tolonglah kalau anda berkenan kirimkan file ptk yang lengkap di kirim ke email saya : fathonibusro@yahoo.com, sehingga kami bisa mempelajarinya lebih dalam lagi
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbisa gak klo file ptknya di kirim ke email: gush74@gmail.com.. .. krn skr msih cari referen bt penyusunan ptk. trima kasih sebelumnya
BalasHapusSelamat siang, saya Dita. saya sangat tertarik terhadap penelitian PTK yang saudara buat. dan saya ingin mempelajari lebih dalam untuk menambah ilmu saya dalam mengerjakan Penelitian Tindakan Kelas. saya sangat berharap saudara memperbolehkan saya untuk mempelajarinya, apabila berkenan saya mohon dikirimkan ke email saya dyta.milati29@gmail.com terimakasih banyak.
BalasHapuskenalkan sy Basri sangat tertarik dgn PTK anda, agar sy bisa lebih paham bisa tlg kirim filenya via email saya : basrisumo@yahoo.com
BalasHapusatas perhatiannya sayaucapkan terima kasih.
bagus abstraknya, mungkin saya bisa mencoba di sekolah saya. terima kasih. syukur-syukur bisa downloud/ kirim bentuk instrumennya.
BalasHapusbagus abstraknya, mungkin saya bisa mencoba di sekolah saya. terima kasih. syukur-syukur bisa downloud/ kirim bentuk instrumennya.
BalasHapus